PERGURUAN ILMU SEJATI
A.
Sejarah Lahirnya Perguruan Ilmu
Sejati
Perguruan Ilmu Sejati bukanlah sebuah aliran kebatinan
ataupun kejawen, melainkan adalah sebuah ajaran yang menekankan pada “Dunungnya
Manusia kepada Tuhannya”.
Ajaran dari Perguruan Ilmu Sejati berawal dari almarhum
Romo Raden Soedjono Prawirosoedarso yang lahir di Sumberumis, Madiun tahun
1875. Beliau adalah putra dari Palang Babatan Balerejo Madiun. Waktu masih muda
nama Romo Soedjono adalah R. Imam Soedjono, pemberian Kyai Imam Muhadi dari
Legundi, Karangjati, Ngawi.
Pada tahun 1883, R. R. Soedjono Prawirosoedarso belajar
kepada seorang kyai dari Padangangan, Bojonegoro yang bernama Kyai H. Samsudin
Betet yang mengajarkan ajaran dari Imam Sufingi. Tahun 1893 beliau lulus
pendidikan sekolah di Boyolali, Surakarta. Semasa kecilnya Romo Soedjono senang
menimba ilmu dari beberapa guru di Nusantara.
Tahun 1896, Romo bekerja di kantor Karisidenn Yogyakarta,
namun hanya bertahan sampai tahun 1905, yang memilih mengundurkan diri karena
ingin melanjutkan perjalanannya untuk berguru. Dalam perjalanannya, Romo sudah
berguru dengan 52 perguruan di Nusantara dan tak lupa dalam perjalanannya juga
bertemu para Aulia’ yang memberikan saran sebagai berikut:
“Den,
enggalo kondur wae, saperlu madhangana wong kang kapetengan; elingna wong kang
lali; lan payungana wong kang kudanan utawa kepanasan”.
Pada tahun 1910, Romo menjadi anggota Sarekat Islam di
Jepara, sambil bertani di Lereng Gunung Muria, sekaligus untuk memperdalam ilmu
yang telah didapatkannya. Selama itu Romo guru belumpernah menerima murid
satupun. Setelah pada tahun 1916 Romo kedatangan seseorang untuk berguru
kepadanya, namun Romo menolaknya. Akhirnya, karena melihat tekadnya yang ulet,
Romo Guru mengangkatnya sebagai murid pertamanya.
Pada tahun 1920, ibunda Romo Guru memanggilnya untuk
pulang ke Babatan, Balerejo, Madiun. Pada saat itu juga Romo Guru keluar dari
SerikatIslam dengan alasan tidak ingin durhaka kepada orang tua. Selama itu
juga Romo sering menerima kunjungan dari banyak orang yang meminta wirid
kepadanya.
Di tahun 1925, perkembangan muridnya semakin pesat yang
akhirnya menimbulkan kecurigaan Pemerintah Penjajah Belanda. Kemudian Romo
memutskan untuk pindah ke Sukorejo, Saradan, Caruban, Madiun. Walaupun sudah
berpindah tempat, perkembangan muridnya semakin pesat. Sehingga menimbulkan
anggapan adanya perguruan baru yang dikhawatirkan akan memberontak kepada
Pemerintahan Penjajah Belanda. Pada waktu yang sama Romo Guru dipanggil Bupati
Madiun yang dijabat RM. Hadipati Ronggo Haryo Koesnodiningrat, untuk dimintai
keterangan perihal ajaranya dan membuat laporan langsung untuk Governoor
Jendral Betawi. Romo Guru dimantapkan dengan beberapa pertanyaan oleh sang
bupati, salah satunya mengenai nama perguruan yang telah diajarkan oleh Romo
Guru. Akan tetapi Romo tidak mempunyai jawaban akan hal itu, sehingga sang
bupati memberikan usulan untuk memberi nama perguruan itu dengan nama
“Perguruan Ilmu Sejati”, kemudian mengajak Romo ke Kawedanan Caruban untuk
memperoleh surat keputusan tanda penerimaan no. 2 tgl. 13 Oktober 1925, menurut
Ordonansi 1925 Statblat 1925, no. 219 artikel 1, waktu itu juga ditetapkan
sebagai lahirnya Perguruan Ilmu Sejati.
Tahun 1954, R. R. Soedjono Prawirosoedarso selaku
independen dicalonkan untuk keanggautaan DPR RI dan Konstitusi. Tiga tahun
kemudian Romo Guru mengundurkan diri dari DPR RI karena sudah lanjut usia.
Beliau wafat pada tnggal 22 Oktober 1961. Sebagai penerusnya ditunjukklah
puteranya R. Soewarno Prawirosoedarso, yang kemudian melaporkan data-data
terkait Perguruan Ilmu Sejati tahun 1980, kemudian mendirikan Gedung Pemulangan
Perguruan Ilmu Sejati di Sukorejo Saradan Caruban Madiun. Setelah wafat
digantikan oleh Romo R. Kresna D. Prawirosoedarso, sebagai penerus Perguruan
Ilmu Sejati sampai sekarang.
B.
Ajaran Perguruan Ilmu Sejati
Ilmu Sejati dan semua agama di dunia memiliki pokok yang
sama, yakni menuju kepada kesucian, hanya saja dalam jalan untuk menempuhnya
yang berbeda. Semua pemeluk agama apapun boleh berguru di perguruan ini,
asalkan mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk menjadi murid dan bersedia
menjalankan ajaran sepenuh hati dan juga mampu mentaati tata tertib perguruan.
Ajaran dalam Ilmu Sejati adalah “SANGKAN PARANING DUMADI”
terbagi ke dalam beberapa inti yang tertera pada “PENGET” yang sudah dibawa
oleh para murid, inti yang pertama mengajarkan tata krama yaitu harus
menghormati kedua orang tua; saudara; pemimpin; dan juga guru. Kedua, manusia
diajarkan untuk sabar; tawakal; rela; menerima apa adanya; dan juga harus
bersungguh-sungguh.
Ajaran Ilmu Sejati sebenarnya hasil transliterasi ajaran
dalam agama islam yang telah dibawa oleh para wali ke Nusantara, yang kemudian
dialihkan ke bahasa jawa dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada saat
itu sehinga dapat difahami dan diterima dengan senang hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar