PAGUYUBAN SAPTA SILA
A.
Pengertian
Sapta Sila adalah dasar ilmu kebatinan (mistisisme) untuk
patokan hidup yang berdasarkan pada ke-Tuhanan. Secara terminologi, “sapta”
berarti tujuh dan “sila” adalah tatanan / peraturan. Maka sapta sila adalah
tujuh tatanan/ peraturan hidup manusia yang berdasar pada Tuhan Yang Maha Esa.
Paguyuban Sapta Sila didirikan oleh Bapa Guru D.
Sastrowidjojo, yang disahkan oleh pemerintah melalui tanda inventarisasi
tanggal 31 Desember 1983, dengan penanggung jawab Imam Soekirno di Desa
Purworejo, Kec. Ceger, Kab. Madiun.
B.
Ajaran Sapta Sila
Seperti halnya dengan Panca Sila yang digunakan sebagai
landasan dasar hukum negara, Sapta sila digunakan sebagai landasan dasar hukum
dalam masyarakat yang berdasar pada ke-Tuhanan.
Mereka mempercayai adanya Tuhan seperti halnya agama lain.
Ajaran paguyuban ini lebih menekankan pada aspek pencarian jati diri seseorang
untuk menuju kepada keluhuran budi yang sesungguhnya. Untuk menuju itu semua,
seseorang diajarkantujuh tatanan yakni sabar, eling, nerima, welas, asih,
ikhlas, dan percaya.
Sabar, seseorang harus mampu mmberikan maaf terhadap
semua kesalahan baik perilaku maupun ucapan orang lain yang menyakitinya.
Konsep ini seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, semasa beliau
diangkat menjadi Nabi. Dan juga sesorang tidak boleh tergesa-gesa sebelum bertindak,
harus memikirkan matang-matang akan keputusan yang akan diambilnya. Eling,
berarti kita harus menghindari segala perbuatan dan ucapan yang tercela yang
dapat merugikan orang lain selebihnya diri sendiri. Nerima, manusia harus mampu
mengendalikan hawa nafsu yang mengakibatkan kecemburuan dan iri hati atas
bagian yang diperoleh orang lain. Welas, selalu menolong sesama tanpa adanya
imbalan. Asih, tidak mengolok-olok atas kekurangan orang lain. Ikhlas, selalu
menerima dengan lapang hati segala pemberian dan tidak mengejar keduniawian.
Percaya, meyakini adanya Gusti Allah dan segala keagungannya.
Kandungan dari bentuk ajaran Paguyuban Sapta Sila adalah
sebagai berikut:
1. Tata Braja: manusia harus hidup
guyub rukun, gotong royong untuk mewujudkan kehidupan yang sentausa.
2. Tata Krama: dengan sesama harus
saling menghormati.
3. Tata Sila: harus mengerti
terhadap muda-tua, besar-kecil.
4. Tata Gama: mengamalkan paham
kepercayaan ke-Tuhanan.
5. Tata Praja: setia hati kepada
negara yang mewujudkan tata tentrem.
Pengajaran ajaran Sapta Sila adalah manusia dalam hidup
keseharian harus mengerti wujud, kekuasaan beserta sifat dari Gusti Allah.
Tidak bisa manusia itu kecewa dengan dirinya sendiri, mengira-ngira, mengaku
dan mengolok-olok Gusti Allah. Kita sebagai manusia haruslah
saling menghargai sesama, tidak boleh iri hati, membuka aib orang lain, mencela
orang lain, merugikan serta membuat geli hati orang lain. Dalam menjalankan
ajaran Paguyuban Sapta Sila, harus sehat rohaninya, tekun dan
bersungguh-sungguh untuk menciptakan keselarasan bagi semua makhluk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar