Senin, 16 Desember 2013

PAGUYUBAN SAPTA SILA
A.      Pengertian
Sapta Sila adalah dasar ilmu kebatinan (mistisisme) untuk patokan hidup yang berdasarkan pada ke-Tuhanan. Secara terminologi, “sapta” berarti tujuh dan “sila” adalah tatanan / peraturan. Maka sapta sila adalah tujuh tatanan/ peraturan hidup manusia yang berdasar pada Tuhan Yang Maha Esa.
Paguyuban Sapta Sila didirikan oleh Bapa Guru D. Sastrowidjojo, yang disahkan oleh pemerintah melalui tanda inventarisasi tanggal 31 Desember 1983, dengan penanggung jawab Imam Soekirno di Desa Purworejo, Kec. Ceger, Kab. Madiun.
B.     Ajaran Sapta Sila
Seperti halnya dengan Panca Sila yang digunakan sebagai landasan dasar hukum negara, Sapta sila digunakan sebagai landasan dasar hukum dalam masyarakat yang berdasar pada ke-Tuhanan.
Mereka mempercayai adanya Tuhan seperti halnya agama lain. Ajaran paguyuban ini lebih menekankan pada aspek pencarian jati diri seseorang untuk menuju kepada keluhuran budi yang sesungguhnya. Untuk menuju itu semua, seseorang diajarkantujuh tatanan yakni sabar, eling, nerima, welas, asih, ikhlas, dan percaya.
Sabar, seseorang harus mampu mmberikan maaf terhadap semua kesalahan baik perilaku maupun ucapan orang lain yang menyakitinya. Konsep ini seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, semasa beliau diangkat menjadi Nabi. Dan juga sesorang tidak boleh tergesa-gesa sebelum bertindak, harus memikirkan matang-matang akan keputusan yang akan diambilnya. Eling, berarti kita harus menghindari segala perbuatan dan ucapan yang tercela yang dapat merugikan orang lain selebihnya diri sendiri. Nerima, manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsu yang mengakibatkan kecemburuan dan iri hati atas bagian yang diperoleh orang lain. Welas, selalu menolong sesama tanpa adanya imbalan. Asih, tidak mengolok-olok atas kekurangan orang lain. Ikhlas, selalu menerima dengan lapang hati segala pemberian dan tidak mengejar keduniawian. Percaya, meyakini adanya Gusti Allah dan segala keagungannya.
Kandungan dari bentuk ajaran Paguyuban Sapta Sila adalah sebagai berikut:
1.      Tata Braja: manusia harus hidup guyub rukun, gotong royong untuk mewujudkan kehidupan yang sentausa.
2.      Tata Krama: dengan sesama harus saling menghormati.
3.      Tata Sila: harus mengerti terhadap muda-tua, besar-kecil.
4.      Tata Gama: mengamalkan paham kepercayaan ke-Tuhanan.
5.      Tata Praja: setia hati kepada negara yang mewujudkan tata tentrem.

Pengajaran ajaran Sapta Sila adalah manusia dalam hidup keseharian harus mengerti wujud, kekuasaan beserta sifat dari Gusti Allah. Tidak bisa manusia itu kecewa dengan dirinya sendiri, mengira-ngira, mengaku dan mengolok-olok Gusti Allah. Kita sebagai manusia haruslah saling menghargai sesama, tidak boleh iri hati, membuka aib orang lain, mencela orang lain, merugikan serta membuat geli hati orang lain. Dalam menjalankan ajaran Paguyuban Sapta Sila, harus sehat rohaninya, tekun dan bersungguh-sungguh untuk menciptakan keselarasan bagi semua makhluk hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar